Halaman

Friday, September 2, 2011

Di AtaS SajadaH CintA

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan nama ALLAH swt, TT mulakan post


************************************************************************


: Bismillahirrahmanirrahim ::

Kota kufah terang oleh sinar purnama . Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebahagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya . Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa .

Di serambi masjid Kufah , seorang pemuda berdiri tegap menghada kiblat . Kedua matanya memandang teduh ke tempat sujud . Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran . Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan tuhan , Pencipta alam semesta.

Orang-orang memanggilnya ' zahid ' atau ' si ahli zuhud ' , karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di Kota Kufah pada masanya . Sebahagian besar waktunya ia habiskan di dalam masid., untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka Kota Kufah . Saat itu masjid adalah pusat peradaban , pusat pendidikan , pusat informasi dan pusat perhatian .

Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Tiap kali sampai pada ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat . Air matanya mengalir deras . Neraka bagaikan menyala - nyala di hadapannya . Namun, jika ia sampai pada ayat-ayat ni'mat dan syurga , embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya . Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan . Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci .

Tatkala sampai pada surah Asy-Syams , ia menangis ,

" fa alhamaha fujuuraha waa taqwaaha ,

qad aflaha man zakkaaha

wa qad khaaba man dassaha "


( maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan

dan ketakwaan , Sesungguhnya beruntunglah orang yang

mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang

mengotorinya )


Hatinya tertanya - tanya, Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya ?


Ataukah golongan yang mengotori jiwanya ? Dia termasuk golongan yang beruntung atau yang merugi ?

Ayat itu ia ulang berkali-kali . Hatinya bergetar hebat . Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pengsan .

Sementara itu , di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana . Lampu - lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap - kerlip bagai bintang gemintang . Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun korma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya .

Dalam salah satu kamarnya , tampak seorang gadis jelita sedang menari-menari riang gembira . Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu . Kecantikannya sungguh mempesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair - syair cinta ,

" in kuntu 'asyiqatullail fa ka'si

musyriqun bi dhau'

wal hubb al wariq "


( jika aku pencinta malam maka

gelasku memancarkan cahaya
dan cinta yang mekar..)


Gadis itu terus menari -nari dengan riangnya . Hasilnya berbunga - bunga . Di ruangan tengah , kedua orang tuanya menyungging senyum mendengar syair yang di dendangkan putrinya .

Sang ibu berkata , " Abu Afirah , putri kita sudah menginjak dewasa . Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan ."

" Ya itu syair-syair cinta , memang sudah saatnya ia menikah . Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir . Dia melamar Afirah untuk putranya , Yasir "

" Bagaimana? Kau terima atau ........?"

" Ya jelas langsung aku terima . Dia kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya . Disamping itu Yasir itu gagah dan tampan ."

" tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?"

" Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok adalah Yasir "

" Ah , itu gampang . Nanti jika sudah beristeri Afirah, dia pasti juga akan tobat ! Yang penting dia kaya raya "


Pada saat yang sama , di sebuah tenda mewah , tak jauh dari Kota Kufah . Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman - temannya . Tak jauh darinya seorang penari melenggok - lenggokkan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling .

" Ayo bangun , Yasir . Penari itu mengerlingkan matanya padamu !" Bisik temannya

" Be...Benarkah ?"

" Benar. Ayo cepatlah . Dia penari tercantik kota ini . Jangan kau sia - siakan kesempatan ini Yasir !"

"Baiklah . Bersenang - senang dengannya memang impianku ."

Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari .Sang penari menghulurkan tangannya dan Yasir menyambutnya . Keduanya lalu menari nari diiringi irama seruling dan gendang . Keduanya benar- benar hanyut dalam kelenaan . Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ke telinga Yasir ,

" Apakah anda punya waktu malam ini bersamaku?"

Yasir tersenyum dan menganggukkan kepalanya . Keduanya terus menari dan menari . Suara gendang memecah hati . Irama seruling melengking lengking . Aroma arak menyengat Nurani . Hati dan pikiran jadi mati .

Keesokan harinya .

Usai shalat dhuha , zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota . Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit . Ia berjalan dengan hati terus berdzikir membaca ayat - ayat suci al - Quran . Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit .

Zahid berjalan melewati kebun Korma yang luas . Saudaranya pernah bercerita bahawa kebun itu milik saudagar kaya , Abu Afirah . Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun korma itu . Tiba - tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam . Ia terus berjalan dan ttik hitam itu semakin mendekat . Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda , lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara ,

" tolooong!! toloong !! "

Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya . Ia menghentikan langkahnya . Penunggang kuda itu semakin jelas .

" toloong !! tolong!! "

Suara itu semakin jelas terdengar . Suara seorang perempuan . Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan . Kuda itu berlari kencang .

" Toloong !! toloong hentikan kudaku ini ! Ia tidak bisa dikendalikan !"

Mendengar itu Zahid tegang . Apa yang harus ia perbuat . Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya . Cepat-cepat is menenangkan diri dan membaca shalawat . Ia berdiri tegap di tengah jalan . Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras ,

" Hai kuda makhluk Allah , berhentikanlah dengan izin Allah !"

Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya , kuda itu meringkik dan berhenti seketika .Perempuan yang ada di punggungnya terpelanting jatuh . Perempuan itu mengaduh . Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya .

" Assalamu'alaiki , kau tidak apa - apa ?"

Perempuan itu mengaduh . Mukanya tertutup cadar hitam . Dua matanya yang bening menatap Zahid . Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,

" Alhamdulillah tidak apa - apa ,hanya saja tangan kananku sakit sekali . Mungkin terkilir saat jatuh "

" Syukurlah kalau begitu "

Dua amata bening di balik cadar itu terus memandang wajah tampan Zahid . Menyadari hal itu , Zahid menundukkan pandangannya ke tanah . Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid , ia membuka cadarnya . Dan tampaklah eajh cantik nan mempesona..

" Tuan , saya ucapkan terima kasih . Kalau boleh tahu siapa nama Tuan , dari mana dan mau ke mana Tuan ?"

Zahid mengangkat mukanya . Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih mempesona . Hanya bergetar hebat . Saraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat .

Sesaat lamanya keduanya beradu pandang.Sang gadis terpesona dengan ketampanan Zahid , sementara gemuruh hati zahid tak kalah hebatnya . Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona . Zahid tersadar , ia cepat-cepat menundukkan kepalanya . " Innalillah ""Astaghfirullah ", gemuruh hatinya .

"Namaku Zahid , aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit"

"Jadi kaukah zahid yang dibicarakan orang itu? yang hidupnya cuma di dalam masjid ?"

" Tak taulah, itu mungkin zahid yang lain " kata Zahid sambil membalikkan badan . Ia lalu melangkah .

" Tunggu dulu Tuan Zahid ! Kenapa tergesa- gesa ? Kau mau kemana ? Perbincangan kita belum selesai !"

" Aku mau melanjutkan perjalananku !"

Tiba - tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid . Terang saja Zahid gelagapan . Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya . Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini .

" Tuan , aku hanya mau bilang , namaku Afirah . Kebun ini milik ayahku . Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini . Jika kau mau silakan datang ke rumahku . Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu . Dan sebgai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini ."

Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda .

" tidak usah "

"terimalah , tidak apa -apa , ! Kalau tidak tuan terima , aku tidak akan memberi jalan !"

Terpaksa zahid menerima saputangan itu . Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar . Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.....

Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya , Kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan.Angin sejuk dari utara semilir mengalir .

Afirah terpekur di kamarnya . Matanya berkaca - kaca . Hatinya basah.Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian dirinya tadi pagi di kebun korma hatinya terasa gundah . Wajah bersih zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya . Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat .

Pembicaraan orang - orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama zahid semakin membuat hatinya tertawan . Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya . Tiba- tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata ,

" Inikah cinta ? beginikah rasanya ? terasa hangat mengaliri syaraf . Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya rabbi! tidak aku mungkiri , aku jatuh hati pada hambamu yang bernama zahid . Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda .Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta . Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya "

Air matanya terus mengalir membasahi pipinya . Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada zahid . Tiba - tiba ia tersenyum ,

" Ah , sapu tanganku ada padanya . Ia pasti juga mencintaiku . Suatu hari ia akan datang kemari ."

Hatinya berbunga - bunga . Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya .

Sementara itu , di dalam masjid Kufah tampak zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar . Ia menangisis hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa.Sejak ia bertemu dengan Afirahdi kebun korma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya .

Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya . Aura itu selalu melintas dalam solat , baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia lakukan .Ia telah berulang kali cuba menepis jauh - jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyuk khusyuknya namun usaha itu sia - sia .

" Ilahi, kasihanilah hambamu yang lemah ini. Engkau mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta mu . Namun engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya ilahi , berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-menetes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada aris takdir yang paling engkau ridhai .Aku serahkan hidup matiku untuk Mu " Isak zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta , dan segala keindahan semesta .

Zahid terus meratap dan mengiba . Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya , semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada tuhan . Rasa takut akan azabnya. Rasa cinta dan rindunya pada Afirah . Dan rasa tidak ingin kehilangannya . Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya . Dalam puncak munajatnya , ia pingsan .

Menjelang subuh , ia terbangun. Ia tersentak kaget . Ia belum shalat tahajjud . Beberapa orang tampak sedang asyik beribadah bercengkerama dengan tuhannya. ia menangis , ia menyesal . Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.

" Ilahi , jangan kau gantikan bidadariku di syurga dengan bidadari dunia . Ilahi , hamba lemah maka berilah kekuatan !"

Ia lalu bangkit , wudhu dan shalat tahajjud . Di dalam sujudnya ia berdoa ,

" Ilahi hamba mohon ridhamu dan syurga . Amin . Ilahi lindungi hambamu dari murkamu dan neraka . Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah padamu , hamba terlau lemah untuk menanggungnya . Amin. Ilahi , hamba mohon ampunan mu, rahmatmu , cintamu , dan ridhamu . Amin. "

Pagi hari itu , usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota . Tujuannya jelas iaitu rumah Afirah . Hatinya mantap untuk melamarnya . Di sana ia disambut baik oleh kedua orangtua Afirah . mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota .

Afirah keluar sekejap untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya . Zahid mengutarakan maksud kedatangannya , yaitu melamar Afirah .

Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang . Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya . Keheningan mencengkam sesaat lamanya . Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya . Lalu terdengarlah jawapan ayah Afirah

" Anakku Zahid , kau datang terlambat . Maafkan aku , Afirah sudah dilamar oleh Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu , dan aku telah menerimanya "

Zahid hanya mampu menganggukkan kepala . Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya . Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya . Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca . Sementara Afirah , lebih tragis keadaannya . Jantungnya nyaris pecah mendengarnya . Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga .

Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira . Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah . Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya . Ia pun jatuh sakit . Suhu badannya sangat panas . Berkali - kali ia pingsan. Berkali - kali ia pingsan . Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya . Ia sering mengigau . Dari bibirnya terucap kalimat tasbih , tahlil , istighfar dan ...... Afirah .


Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah . Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah . Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek ,

" Kepada Zahid ,

Assalamu'alaikum

Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku . Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini . Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu . Tak bisa kuingkari , aku pun mengalami hal yang sama . Kaulah cintaku yang pertama . Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama - lamanya .

Zahid ,

Kalau kau mau . Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua . Pertama , aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta . Atau , kau datanglah ke kamarku , akan aku tunjukkan jalan dan waktunya .

Wassalam

Afirah


Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya . Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid . Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya . Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga .

Hari itu juga surat Afirah sampai tangan Zahid . Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya . Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat . Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak - banyaknya . Dengan berlinang air mata ia menulis balasan untuk Afirah : cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.

" Kepada Afirah

Salamullahi'alaik

Benar aku sangat mencintaimu . Namun sakit dan deritaku ini tidaklah semata-semata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini kerana aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah 'Aza wajalla. Inilah yang ku damba . Dan aku ingin mendamba yang sama . Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.

Afirah,

Kedua tawaranmu itu tidak ada yang aku terima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari syurga . Bukan air timah dari neraka . Afirah , " inni akhaafu in 'ashaitu Rabbi adzaaba yaumin adzim "

Afirah ,

Jika kita terus bertakwa , Allah akan memberikan jalan keluar . Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis padanya . Tidak mudah meraih cinta berubah pahala . Namun aku sangat yakin dengan firmannya " Wanita - wanita yan tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik , dan laki - laki yang tidak baik adalah untuk wanita-wanita yang tidak baik ( pula ), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik , dan laki - laki yang baik adalah untuk wanita - wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh itu) bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka.Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (yaitu surga). Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik . Maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan . Selanjutnya Allah yang menentukan .

Afirah,

Bersama surat ini aku sertakan serbanku , semoga bisajadi penglipur lara dan rindumu. Hanya kepada Alllah kita serahkan hidup dan mati kita.

Wassalam


Zahid "


Begitu membaca jawapan Zahid itu Afirah menangis . Ia menangis bukan kerana kecewa, tapi menangis kerana menemukan sesuatu yang sangat berharga ,yaitu hidayah . Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda Soleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya .

Semenjak itu ia meninggalkan semua jalan kehidupannya yang glamor.Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat . Serban putih pemberian Zahid itu ia jadikan sejadah , tempat di mana ia sujud dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah s.w.t .Siang ia puasa dan malam ia menghabiskan masa bermunajat kepada tuhannya . Di atas sejadah putih itu ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah , yaitu cinta kepada Allah s.w.t . Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah . Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah s.w.t.

Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah ,

" Kepada Zahid ,

Assalamu'alaikum ,

Segala puji bagi Allah , Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hambanya yang bertakwa . Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan yasir. Beliau telah terbuka hatinya . Cepatlah kau datang melamarku . Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasulullah Saw . secepatnya.

Wassalam

Afirah"


Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah . Bunga - bunga cinta bermekaran dalam hatinya . Tiada hentinya bibirnya mengucapkan hamdalah.