Halaman

Saturday, September 8, 2012

Nafsu Manosia

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan nama ALLAH swt, TT mulakan post


************************************************************************


Begini, di dalam jiwa manusia ada tiga nafsu.

Pertama, nafsu muthmainnah,
yaitu nafsu yang mengajak pada kebaikan.

Kedua, nafsu lawwamah yaitu nafsu yang
memberikan peringatan.

Ketiga, nafsu amarah,
yaitu nafsu yang mengajak pada keburukan.

Ketiga nafsu tersebut hidup dalam jiwa manusia sambil memainkan fungsinya masing-masing.

Kita lihat contoh berikut...

Suatu waktu kita berniat berbohong untuk yang pertama kalinya.

nafsu lawwamah mengingatkan:
“Bohong itu nggak baik, dosa.”

Kemudian ...

nafsu muthmainnah berkata, “Makanya,
jangan bohong!”.

Tapi ...

nafsu amarah berkata
sebaliknya: “Sekali-sekali mah nggak apaapa bohong!”

Maka, terjadilah tarik menarik antara nafsu muthmainnah dengan nafsu amarah.

Dalam peperangan antara keduanafsu tersebut, malaikat membantu nafsu muthmainnah dan setan membantu nafsu amarah dengan kekuatan yang sama.

Di sinilah akal memainkan perannya. Karena dibantu oleh pertimbangan akal, semestinya nafsu muthmainnah yang menang. Namun, akal kita sering tak berfungsi karena kita memperturutkan nafsu amarah.

Saat nafsu amarah menang dalam pertempuran tersebut dan kita berbohong untuk pertama kalinya, kita akan menyesal, gelisah, tidak bisa tidur, tidak enak makan, takut ketahuan, dan takut dosa. Perasaan ini dimunculkan oleh nafsu lawwamah yang tadi telah memberi peringatan bahwa bohong itu nggak baik.

Namun, bila pada masa-masa selanjutnya nafsu amarah selalu menang dan kita berbohong untuk kedua kalinya, ketiga, keempat, dan seterusnya sampai menjadi kebiasaan, perasaan menyesal dan gelisah semakin berkurang. Saat bohong sudah menjadi karakter, perasaan menyesal akan berubah menjadi rasa bangga karena kita menganggap telah berhasil mengelabui orang. Ini terjadi karena nafsu lawwamah sudah sangat lelah memberikan peringatan pada kita.



Sekarang kita lihat bagaimana bila nafsu muthmainnah yang menang dalam pertempuran tersebut....

Saat nafsu muthmainah menang, hati kita akan merasa sangat lega dan perasaan menjadi tenang walaupun harus menghadapi risiko dengan berkata jujur. Akal kita pun dapat berfungsi dengan baik sehingga berhasil mengontrol nafsu amarah. Nah, pada saat seperti inillah nilai kita sebagai manusia di hadapan Allah

menjadi sangat tinggi, melebihi derajat para malaikat.

Mengapa demikian?

Karena kita telah bersusah payah bertempur melawan nafsu amarah untuk dapat berjalan di atas rel kebenaran dan patuh terhadap ketentuan dari Sang Pencipta. Sedangkan para malaikat, mereka tidak memerlukan perjuangan sedikit pun untuk patuh kepada Allah karena mereka tidak memiliki nafsu.

Artinya, proses perjuangan manusia dalam menekan sifat-sifat buruk yang ada dalam dirinya sangat dihargai oleh Allah, sehingga Ia menjanjikan Surga di alam akhirat, sebuah kenikmatan tak berujung, kebahagiaan abadi.