Halaman

Thursday, July 1, 2010

MembacA al-Quran


Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Datuk bangun lebih awal dan membaca Al Quran di meja makan di dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti Datuknya dan mencuba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari si cucu nya bertanya, “Datuk! saya mencuba untuk membaca Al Qur’An seperti yang Datuk lakukan tetapi saya tidak memahaminya, dan apa yang saya fahami saya lupakan secepat saya menutup buku. Apa kah kebaikan dari membaca Al Qur’An?
Dengan tenang si Datuk dengan meletakkan batubara di dasar baldi, memutar sambil melobangi baldi nya ia menjawab, “Bawa baldi batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air.” Maka si cucu melakukan seperti yang diperintahkan Datuk, tetapi semua air habis tertumpah sebelum tiba di depan rumahnya.

Datuk tertawa dan berkata, “Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi,” Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan baldi tersebut untuk dicuba lagi. Si cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi-lagi baldinya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan termengah-mengah, ia berkata kepada Datuknya nya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan baldi yang sudah berlubang, maka si cucu
mengambil penceduk sebagai gantinya. Datuk berkata, “Atuk tidak mau penceduk itu; Atuk hanya mau baldi batubara itu. Ayulah, usaha kamu kurang cukup, maka si Datuk pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucu nya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada Datuk nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.

Sekali lagi si cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri Datuk, tetapi ketika ia sampai didepan Datuk baldi sudah kosong lagi. Sambil termengah-mengah ia berkata, ” Lihat Datuk, sia-sia!” “Jadi kamu fikir sia-sia?” Jawab Datuk.

Datuk berkata, “Lihatlah baldinya.” Si cucu menurut, melihat ke dalam baldinya dan untuk pertama kalinya menyedari bahwa baldi itu sekarang berbeza. Baldi itu telah berubah dari baldi batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. “Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Al Qur’An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, luar dalam. Itu adalah kurnia dari Allah di dalam hidup kita.”